"Journey, it's not about where you go, where you stay, but how you enjoy it with or without friends. Be grateful" - Mine

Jumat, 16 Desember 2011

#02 Orang Bajo : Hidup dan Mati di Tangan Tuhan atau Setan? (2)

sumber ; internet
Umumnya, orang Bajo memberikan sajen kepada Setan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Jenis sajen yang diberikan harus berdasarkan jenis penyakit yang diderita. Jenis penyakit tersebut dapat dideteksi dengan kepercayaaan mereka akan perantara atau wakil-wakil Setan yang hidup di laut, yaitu ikan gurita, kuta, dan buaya. Mereka adalah perantara Setan yang memberikan penyakit kepada orang Bajo. Maka dari itu, dukun akan memeriksa binatang mana yang nantinya harus bertanggung jawab atas penyakit yang diderita. Biasanya semua penyakit ditandai dengan demam.

Kalau kepala dan tangan (ujung-ujung anggota badan) si sakit panas, maka ikan guritalah yang bertanggung jawab, karena “ikan gurita hidup di air, di tengah karang-karang.” Kalau dukun melihat bahwa hanya bagian perut ke atas yang panas sedangakan tangan dan kaki dingin, maka penyebabnya adalah buaya, karena “ketika buaya merayap ke darat, hanya sebagian tubuhnya yang terbenam di dalam air sedangkan kepalanya terkena sinar matahari” (hlm.258). Selanjutnya, dukun akan membuat rumah-rumahan berukuran 30 cm dan mengisi rumah tersebut dengan sajen yang sepantasnya diberikan kepada binatang yang bertanggung jawab atas penyakit (prosesi sajen ikan gurita untuk menyembuhkan Ua Kosa, hlm. 260-264). Adapun sajen yang diberikan adalah raki untuk ikan gurita, tuli untuk buaya, dan anca untuk taraf terakhir jika demam masih terus berlangsung.


“Setan bukan apa-apa. Jadi sajen kami persembahkan kepada jin yang baik, yaitu jin Islam yang merasuk ke dalam tubuh dukun dan yang menyembuhkan kami”. Ini merupakan alasan dari orang Bajo mengenai kepercayaan mereka akan Setan dan pamali-pamali. Mereka menunjukkan bahwa orang dapat sekaligus tidak mempercayai Setan tapi menerima pamali-pamali tersebut. Orang Bajo memiliki kemampuan bersifat ganda. Sifat ganda tersebut diperlihatkan dengan tindakan kepala adat untuk mencabut bendera putih yang biasanya ditancapkan di depan desa untuk mengusir Setan. Kepala adat sesungguhnya tidak percaya kemanjuran sajen dan adanya Setan yang dapat mencabut jiwa seseorang. Namun, ia mengakui bahwa Setanlah yang membuat orang sakit dan mengobatinya, jadi ia harus diberi makan. Dengan, fakta-fakta di atas, Zacot menyimpulkan bahwa orang Bajo terkadang menyembunyikan prinsip-prinsip kebudayaan yang mereka yakini dengan berkedok alasan yang lebih logis sebagai sebab terjadinya penyakit atau kematian seseorang.