september 2011
Destinasi wisata di Jakarta memang kurang beragam. Satu-satunya kawasan pantai terdekat yang bisa dikunjungi oleh orang-orang Jakarta adalah Pantai Ancol. Namun, sebenarnya tidak jauh dari Jakarta, kita juga dapat menikmati wisata pantai yang cukup menarik, yaitu di Kepulauan Seribu. Kenyataannya, Kepulauan Seribu tidak terdiri dari 1000 pulau tetapi hanya kurang lebih 200 pulau yang tidak semuanya berpenghuni. Perjalanan weekend kali ini, saya berkesempatan untuk menghabiskan waktu di Pulau Perak bersama beberapa teman-teman tercinta.
Destinasi wisata di Jakarta memang kurang beragam. Satu-satunya kawasan pantai terdekat yang bisa dikunjungi oleh orang-orang Jakarta adalah Pantai Ancol. Namun, sebenarnya tidak jauh dari Jakarta, kita juga dapat menikmati wisata pantai yang cukup menarik, yaitu di Kepulauan Seribu. Kenyataannya, Kepulauan Seribu tidak terdiri dari 1000 pulau tetapi hanya kurang lebih 200 pulau yang tidak semuanya berpenghuni. Perjalanan weekend kali ini, saya berkesempatan untuk menghabiskan waktu di Pulau Perak bersama beberapa teman-teman tercinta.
Singkat cerita, perjalanan dimulai dari Muara Angke, tempat kami bisa menumpangi kapal dolpin untuk menuju Pulau Harapan. Nantinya, dari Pulau Harapan, kami harus menyewa kapal lagi untuk menuju Pulau Perak. Kurang lebih 2 jam, kami tiba di P.Harapan. Sebelum menlanjutkan perjalanan, kami mengisi perut terlebih dahulu dengan nasi goreng yang bisa dibeli meskipun harus berjalan agak jauh dari pelabuhan. Jika ingin snorkeling, alat snorkeling dan jaket pelampung bisa disewa di pulau ini dan dibawa ke pulau tujuan kita nantinya. Setelah perut terisi dan perlengkapan snorkeling siap, kami menyewa sebuah kapal bermuatan 10-13 orang untuk menghantarkan kami ke P.Perak.
Tiba di P.Perak, kami mendirikan tenda. Kami memang sudah membawa perlengkapan tenda dan bekal secukupnya untuk makan mulai dari siang hingga keesokan paginya. Tentunya, tidur dengan fasilitas tenda ini tidak akan pernah ada dalam paket perjalanan yang biasa dibuat untuk menginap di kepulauan seribu pada umumnya. Jadi saya beruntung mempunyai teman-teman yang juga berjiwa petualang di alam bebas. Kami juga membawa kompor gas kecil, nesting, peralatan makan plastik, dan peralatan masak secukupnya.
Matahari terik mulai membakar kulit muka saya yang akhirnya meninggalkan bekas kemerah-merahan terutama di bagian hidung dan pipi. Dengan google, fin, dan pelampung, saya mulai ber-snorkeling. Ini ketiga kalinya saya snorkeling yang sebelumnya snorkeling di Bunaken dan Gili Lombok. Pak Ayang, pemilik perahu, membawa kami ke daerah tidak begitu jauh dari P.Perak untuk melihat indahnya bawah air kepulauan seribu. Dengan googles, fin, dan pelampung, saya mulai ber-snorkeling. Pantai dengan pasir putih memang lebih mengangumkan di pandangan mata dibanding pantai dengan pasir hitam, seperti Pantai Ancol. Sedikit banyak, saya berbincang dengan Pak Ayang yang juga berprofesi sebagai nelayan. Ia menjelaskan bahwa banyak pulau yang dibeli oleh masyarakat keturunan Cina yang biasanya digunakan untuk membuat resort, usaha perikanan, atau tujuan-tujuan tertentu lainnya. Saya jadi bermimpi ingin membeli salah satu pulau di kepulauan seribu ini.
Setelah snorkeling, kami beristirahat dekat tenda yang sudah kami dirikan sebelumnya. Beberapa dari kami mempersiapkan makan malam, kayu bakar untuk api unggun, dan yang lainnya pergi membilas badan. Ada hal-hal seru yang kami temukan selama berkempig di P.Perak. Seperti yang kami ketahui sebelumnya melalui beberapa informasi dari internet, P. Perak memang tidak memiliki fasilitas kamar mandi khusus bagi siapapun yang ingin menginap di Pulau ini. Jadi kami pun harus bekerjasama untuk mengambil air dengan cara menarik ember dengan tali dari dalam sumur sejauh 2 meter lebih.

Snorkeling, berkemping, memasak makanan sendiri, berapi unggun, dan melihat sunrise memberikan kenikmatan tersendiri bagi saya dan teman-teman selama 2 hari 1 malam di Pulau Perak, Kepulauan Seribu.