"Journey, it's not about where you go, where you stay, but how you enjoy it with or without friends. Be grateful" - Mine

Sabtu, 23 Juli 2011

Love You, Dad

Di kampus, gw sering ketemu dengan mata kuliah yg berhubungan dengan perpecahan akibat suku, ras, dan agama. Kaya isu ras kulit hitam putih atau suku-suku yang bersikeras menumpas suku-suku lainnya padahal tinggal berada di daerah atau negara yang sama.

Sadar atau ngga, ternyata latar belakang kehidupan bokap gw juga sangat erat dengan masalah rasisme. Mungkin cerita ini bisa jadi pengetahuan buat siapapun yang masih ngga percaya kalo gw itu orang maluku yg bemuka cina.hehe

Orangtua bokap gw adalah cina pendatang di tanah Maluku. Gw kurang tau nama mereka siapa. Yang jelas, kakek gw adalah seorang guru bahasa mandarin yang cukup terkenal di Maluku saat itu. Nenek gw dengar2 sih artis, haha. Pkoknya cantik katanya. Mereka berdua udah meninggal sejak bokap kelas 2 SD. Mereka meniggalkan 11 anak di kota Tobelo, Maluku Utara. Mulai dari sinilah bokap gw jadi anak perantauan ke Jakarta.

Di Jakarta, bokap kerja di perusahaan milik orang Cina. Berapa lamanya gw kurang tahu. Sampai tahun 1998 menjadi tahun terakhir bokap bekerja di kantor tersebut. Semua orang pasti mengenal situasi Jakarta 1998. Saat itu gw baru kelas 3 SD. Gw cuma inget dimana-mana ada kebakaran, ada kerusuhan, dan keparnoan. Toko dimana gw biasa beli roti dan susu tau-tau dibakar. Terus yang paling gw ga ngerti lagi, kenapa semua bapak-bapak keluar siang-siang dari rumah bawa kayu atau pukulan kasti gitu sambil melihat ke satu arah jalan. Gw cuma bisa ngeliat dan bertanya-tanya tanpa ada jawaban. Anak kecil emang lagi gak happening saat itu. Ngga kaya sekarang, dimana-mana anak kecil tampil beda di televisi. Ditambah lagi dengan badan gw yang kecil kurus sipit polos.

Dan satu lagi yang gw gak ngerti kenapa di rumah gw tiba-tiba ada Samurai panjang. Saat itu, gw menilai Samurai sebagai sebuah kebanggaan karena bokap punya pedang kaya tokoh-tokoh kartun Jepang di komik dan TV. Terus gw cerita-cerita ke temen-temen gw, dan mereka juga ikutan terpesona dengan cerita samurai bokap, polosnya.

"Tahun 1998 merupakan tahun kesuraman orang-orang berketurunan Cina. Kantor bokap dibakar dan fix banget bokap gw di-PHK. Mulai saat itu, bokap punya pikiran untuk berwiraswasta". Motor dijual dan samurai juga dijual. Dan makin lama, gw makin sadar kalo samurai itu menyeramkan banget.

Kisah bokap yang berketurunan Cina belum berakhir sampe di tahun 1998 karena keberadaannya sebagai orang Maluku juga terancam di tahun 2002.

Semenjak ngga punya pekerjaan, bokap memutuskan berwiraswasta di Tobelo (tempat kelahirannya). Kenapa ngga di Jakarta? Jakarta udah terlalu padat sama orang-orang Cina yang berdagang. Apalagi barang dagangannya hampir sama semua. Ga jauh dari barang-barang elektronik, matrial, handphone, atau mentoknya toko makanan seafood.

Ternyata, keika bokap lagi berada di Maluku, kerusuhan itu pun terjadi. Kalo kerusuhan di Jakarta lebih rasis. Di Maluku, jenis kerusuhannya lebih cenderung antar agama. Dua agama mayoritas di Maluku adalah Islam dan Kristen. Tempat dimana bokap tinggal mayoritas beragama Kristen. Gw kurang tau apakah benar-benar karena soal agama akhirnya kerusuhan tersebut menumpahkan banyak darah? Ini masih menjadi pertanyaan yang gw udah males cari jawabannya sampe sekarang.

Hotel om gw yang letaknya di pinggir pantai tiba-tiba dibakar. Untung keluarga dan bokap gw yang tinggal disana selamat semua. Rumah temen bokap gw dijadiin tempat pengungsian mayat-mayat yang gak jelas keberadaan keluarganya. Gw ngga bisa ngebayangin kepala-kepala orang dibawa-bawa di tengah jalan. Oh my God. Saat itu, penerbangan dan pelayaran untuk keluar dari Maluku juga sulit. Jadi, mau ngga mau bokap melarikan diri ke tempat-tempat yang aman untuk sementara. Gw lupa bokap ngungsi dimana dan akhirnya bisa selamat.

Itulah cerita mengenai bokap gw yang Cina-Maluku atau Maluku-Cina. Darah Cina emang kuat di tubuh bokap, tapi bokap ngga bisa bahasa Cina, dan lebih paham bahasa Maluku. Intinya, bokap gw adalah Warga Negara Indonesia baik-baik yang sangat mencintai keluarganya. Love you, Dad.