"Journey, it's not about where you go, where you stay, but how you enjoy it with or without friends. Be grateful" - Mine

Senin, 02 Juli 2012

#3 Pulau Sempu: Hai Hewan Nakal !


Tibalah saya dan tiga teman lainnya di tempat pengungsian alias di bawah fly sheet yang terpancang di dahan-dahan pohon. Disitu ada beberapa laki-laki pemilik fly sheet, kompor gas kecil, dan panci berisi rebusan air. Indahnya melihat rebusan air dan teh celup yang siap diseduh dalam gelas plastik. Kami duduk dengan manis sekali malam itu. Sikap pemalu kami pun disapa ramah dengan segelas teh hangat dan sepiring mi goreng. Inilah hikmah dibalik ancaman. Entah bagaimana keadaan teman-teman di tenda-tenda evakuasi lainnya. Apakah mereka juga disapa dengan ramah seperti kami disini. Yang jelas saya sangat menikmati perbincangan basa-basi dengan mas-mas Jawa ini sambil memperhatikan kostum yang mereka kenakan. Saya pikir kostum mereka begitu hangat dan lengkap melindungi sekujur tubuh masing-masing. Kaos kaki, topi rajut, jaket, celana panjang. Di sisi lain, dresscode saya lebih into the wild daripada mereka, yaitu kaos, celana pendek, dan sandal jepit. Antara Into the wild dan into the hell beda tipis sih rasanya.

Malam terasa seabad berganti menjadi pagi. INGIN PULANG. Akibat kedatangan kami di tenda mas-mas ini, kami sedikit kurang menghabiskan persediaan air yang mereka miliki. Namun, akal cerdik kami tidak sebanding dengan yang mereka miliki. Air hujan yang tertapung di atas fly sheet dimasak dan jadilah teh manis. Hahaha. Yang penting sudah dimasak. Di sela-sela waktu berbincang, saya melihat ada beberapa binatang kecil putih berjalan di pasir pantai. Besarnya seperti nasi putih hanya saja mereka memiliki kaki. Hewan apakah itu?

Setelah hujan reda, kami kembali ke titik dimana tenda kami berdiri beberapa jam lalu. Kami berkumpul dan dengan cuek tidur di atas  pasir pantai lembab akibat hujan. Ada yang kedinginan karena baju basah kuyup, ada yang dinyamukin, ada yang gatel-gatel, dan sebagainya. Kami menyambut pagi dengan penuh keceriaan meskipun agak sedikit kaget dengan muka seorang teman yang merah seperti ditabok oleh lebah. Ternyata mukanya digigit nyamuk kemudian ia garuk hingga bisa membengkak seperti itu.

Kami merapikan barang-barang bawaan. Berfoto-foto sebentar dan berbagi roti sisa bekal.  Kami berdoa bersama dan bersiap menapaki kembali jejak-jejak yang kami tinggalkan kemarin di hutan. Dan tanah hutan pun lebih becek dan licin dari kemarin. Kalau kemarin kami menghabiskan waktu 4 jam, sekarang kami menghabiskan waktu 7 jam dari Pulau Sempu hingga Teluk Semut. Medan yang kami lewati terasa lebih berat untuk teman kami yang juga berbadan berat. Sesekali terpleset, tertawa, mengangis, dan terdiam kembali. Bahkan ada yang berpikir untuk menelpon tim Sar. Hahaha

Saya ingat sekali saat kami akhirnya sampai di Teluk Semut. Ada seorang laki-laki yang berkata kepada saya,”Mba, ini rombongan yang tadi pagi berangkat lebih pagi dari kami kan?”. Saya agak ragu menjawab karena tidak ingat dengan wajah laki-laki ini. Laki-laki itu pun berkata lagi,”Iya saya jalan setelah kalian sudah berjalan”. Dalam hati, “oke lo lebih cepat daripada gue, selesai”. Mungkin laki-laki itu terkejut dengan kedatangan kami yang jauh lebih lambat daripada dia. Ya memang kali ini rombongan kami kalah banyak tetapi kami tidak kalah dengan binalnya jalur trekking hutan dan Pulau Sempu yang cukup menguji fisik dan mental kami. Perjalanan Teluk Semut-Sendang Biru dilanjutkan selama 10 menit. Berat hati meninggalkan Pulau Sempu tetapi tak apa lain kali kesana lagi mungkin dengan orang yang berbeda dan tentunya cuaca lebih baik. Saya dan teman-teman kembali ke Jakarta.

Dan beberapa hari kemudian, timbul bintik-bintik merah di sekujur kaki saya seperti bentol-bentol yang dahsyat sekali gatalnya. Balsem panas sampai bedak gatal saya pakai untuk mengurangi rasa gatal. Saya menyerah dan pergi ke dokter untuk mengobati kaki yang sudah buruk rupa ini. Dokter pun memberikan salep gatal yang cukup ampuh mengurangi bintik-bintik merah tersebut. Ternyata beberapa teman juga mengalami hal yang sama seperti saya. Dan saya pun tersadar bahwa hewan-hewan nasi berkaki itu adalah penyebab penyakit ini. Hewan ini memang hidup di pantai tidak hanya di Pulau Sempu tetapi beberapa pantai lainnya. Dan hewan ini berpotensi menggigit tanpa ada rasa apapun meskipun akhirnya menyebabkan rasa gatal yang amat sangat. Terimakasih untuk kutu babi yang telah memberikan oleh-oleh dari Pulau Sempu ! 


Tidak ada komentar: