januari 2010
Bagi saya, pengalaman traveling ke pantai yang begitu berkesan dan masih sangat terekam di memori ini adalah perjalanan menuju segara anakan di Pulau Sempu. Awalnya saya membayangkan kalau segara yang mirip dengan pantai ini berada di pinggir laut yang bisa kita hampiri dengan kapal lalu bisa langsung turun berenang di pantai. Bayangan ini pun berputar 180 derajat ketika saya tiba di Teluk Semut, lokasi pemberhentian kapal yang hanya saya tumpangi selama 10 menit dari Sendang Biru. Dengan kata lain, Teluk Semut merupakan pos perantara Pantai Sendang Biru dengan Pulau Sempu.
Langkah pun dimulai. Bayangan
untuk tiba di pantai dan bisa langsung berenang pun berangsur surut. Perlahan
langkah semakin berat. Saya dan teman-teman tersadar kalau sandal yang kami
gunakan tidak sanggup terangkat kembali karena tanah yang kami pijak begitu
lembek dan dalam. Alhasil, satu per satu dari kami merelakan sepasang kaki ini
berkenalan dengan jalur trekking menuju Sempu. Hujan semalaman nampaknya telah
mengakibatkan tanah hutan menjadi becek dan lembek. Hal ini semakin menyulitkan
kami berjalan sekaligus menantang kami untuk lebih berkawan dengan alam.
Tak pernah terbayangkan oleh
saya, ada pantai di balik hutan belantara seperti itu. Mungkin rombongan kami
kurang beruntung saat itu karena mendapati jalur trekking yang tidak
bersahabat. Perasaan takut akan pacet
atau binatang melata lainnya di hutan begitu meraung. Pikir saya, seberat
inikah pergi ke sebuah pantai yang mungkin tidak akan seindah yang saya
bayangkan.
1,2,3 jam berlalu.. Kaki sudah
tidak lagi pandang bulu. Segala pijakan yang memungkinkan untuk diinjak, kami
injak dengan penuh keyakinan. Akibat tekad yang begitu besar, beberapa dari
kami ada yang tertusuk akar atau ranting kecil yang tertutup dengan tanah. Dan
ini kali pertama saya melihat orang menangis di dalam hutan. Perasaan campur
aduk terutama bingung harus berbuat apa. Saya hanya bisa berdoa supaya kaki ini
bisa utuh hingga pulang kembali ke Jakarta.
Hutan menuju Pulau Sempu cukup
sempit karena vegetasi alam cukup lebat. Beberapa pohon besar melintang
menutupi jalur trekking. Akar-akar pohon besar menjalar menuruni gundukan
tanah. Sesekali kami merangkak menapaki gundukan akar yang bergelombang. Untuk
menambah semangat, senyuman pun sesekali dilemparkan meskipun kaki
tercabik-cabik dan hati terkhianati dengan kesialan jalur trekking ini.
Perlahan suara deburan air
terdengar. Bau laut terhirup segarnya. Kaki pun terhipnotis secepat mungkin
melangkah. Sampai-sampai saya lupa sama rombongan yang masih tertinggal di
belakang. Yasudahlah.. Pasang gigi 5..!
Surga pun terbuka. Api neraka
mulai mereda seketika melihat air hijau segara anakan dari sela-sela pohon di
pinggir hutan. Hingga akirnya mata saya dihadapkan dengan segara anakan dibalik
hutan dan Samudera Hindia, ini dia Pulau Sempu. Pulau yang dibatasi dengan
tebing ini menjadi sebuah fenomena alam pantai terindah di timur Pulau Jawa.
Pantai yang membuat penghuninya lupa akan adanya perkotaan dan kemacetan nun
jauh disana. (bersambung ke #2 Pulau Sempu)
3 komentar:
duh iri deh kaka
lo ga usah iri2 sama gw, lo udah kemana tau jalan2, haha. Sebenarnya kalo gw antara ngefans berat sama indonesia atau belum punya uang sendiri utk ke luar negri
hahaha kl gue sih slama gue dpt tiket murah, gue ngejar luar negeri, target gue 3/4 paspor penuh lah sbelum masa berlakunya abis
Posting Komentar