![]() |
Tak habis-habisnya saya
dijamu oleh Tegal Alun. Malam hari suhu dingin menusuk telapak kaki saya yang
sesungguhnya sudah terlapisi 3 potong kaos kaki ditambah plastik di dalam
sleeping bag. Habis gelap terbitlah terang (akhirnya). Masih dingin dan dingin
di Tegal Alun. Tapi setidaknya cahaya matahari mulai menyinari bukit-bukit dan
padang edelweiss pagi itu. Melihat persediaan air yang kurang setelah sarapan
pagi, saya bersama beberapa teman mengunjungi mata air bidadari (sebutan
fiktif) untuk mengisi persediaan air minum, mencuci peralatan masak, dan cuci
muka. Ternyata menuju mata air perlu berhati-hati karena harus turun ke bawah
bukit yang tanahnya lumayan lembek. Kira-kira 20 menit saya tiba di mata air
tersebut.
![]() |
Mencari Mata Air Bidadari |
Segera kami
menyelesaikan aktivitas di mata air bidadari. Saya lupa bercerita kalau kami
sempat melihat jejak binatang seperti jejak babi hutan. Mungkin memang ada babi
hutan namun untungnya binatang itu tidak menyerang kami kemarin malam. Jika
memang ada babi hutan di sekitar anda, tebarlah garam di sekitar tenda. Jam
menunjukan pukul 09.30 WIB. Kami bersiap-siap merapikan semua alat yang masih
tercecer di dalam tenda. Packing serapi mungkin dan pungut sampah sebersih
mungkin. Tidak ada satu sampah yang tertinggal karena lebetulan di Tegal Alun
belum ada jasa tukang sapu, hehehe.
Satu jam sebelum
matahari tepat di atas kepala, kami mengucapkan selamat tinggal kepada Tegal
Alun dan an bersiap menuruni gunung berjarak ratusan mdpl. Sepatu bertemu kembali
dengan jalur beraneka rupa ala Gn. Papandayan. Dan nampaknya alas sepatu saya
sudah mulai terbuka. Jalur yang kami lalui tidak terlalu jauh berbeda. Hanya
ada beberapa jalur cepat dan nyaman yang kami pilih dari sebelumnya. Tali-tali
rafia yang terikat di pohon mulai memulihkan ingatan kami untuk pulang ke Camp
David.
Tak lupa juga kami
sekali lagi mengabadikan momen-momen indah di setiap jejak yang sudah kami
lalui di Gn. Papandayan. Mulai dari Pondok Saladah, Hutan Mati, bukit, sungai,
dan kawah. Terimakasih kepada Tuhan karena telah memberikan cuaca yang begitu
cerah selama kami melalukan pendakian ke Papandayan. Selain itu, keberanian
untuk kami berkemah di Tegal Alun. Meskipun kami tidak sampai puncak, saya
sudah merasa puas bisa menikmati indahnya Tegal Alun. Bukan karena cepat merasa
puas tapi karena resiko yang cukup besar untuk bisa summit tanpa ada petunjuk yang jelas. Berkenalan dengan teman-teman
baru menjadi salah satu hal yang sukai ketika mendaki gunung. Nampaknya kali
ini, Gn. Papandayan berhasil meluluhkan hati saya dengan harta terpendamnya.
Sampai Jumpa Tegal Alun |
Biaya Angkutan Menuju
Kp. Rambutan - Camp David:
-Bis Kp. Rambutan/Pasar
Rebo - Garut Rp 33.000,-
-Carter Angkot Terminal
Garut-Desa Cisurupan Rp 110.000,- (7 orang)
-Desa Cisurupan- Camp
David Rp 10.000,-
-Retribusi Camp David Rp
3.000,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar