"Journey, it's not about where you go, where you stay, but how you enjoy it with or without friends. Be grateful" - Mine

Kamis, 19 Juli 2012

#3 Gunung Papandayan: Ragam Alam Dalam Satu Pendakian




Tak habis-habisnya saya dijamu oleh Tegal Alun. Malam hari suhu dingin menusuk telapak kaki saya yang sesungguhnya sudah terlapisi 3 potong kaos kaki ditambah plastik di dalam sleeping bag. Habis gelap terbitlah terang (akhirnya). Masih dingin dan dingin di Tegal Alun. Tapi setidaknya cahaya matahari mulai menyinari bukit-bukit dan padang edelweiss pagi itu. Melihat persediaan air yang kurang setelah sarapan pagi, saya bersama beberapa teman mengunjungi mata air bidadari (sebutan fiktif) untuk mengisi persediaan air minum, mencuci peralatan masak, dan cuci muka. Ternyata menuju mata air perlu berhati-hati karena harus turun ke bawah bukit yang tanahnya lumayan lembek. Kira-kira 20 menit saya tiba di mata air tersebut.

Mencari Mata Air Bidadari
Segera kami menyelesaikan aktivitas di mata air bidadari. Saya lupa bercerita kalau kami sempat melihat jejak binatang seperti jejak babi hutan. Mungkin memang ada babi hutan namun untungnya binatang itu tidak menyerang kami kemarin malam. Jika memang ada babi hutan di sekitar anda, tebarlah garam di sekitar tenda. Jam menunjukan pukul 09.30 WIB. Kami bersiap-siap merapikan semua alat yang masih tercecer di dalam tenda. Packing serapi mungkin dan pungut sampah sebersih mungkin. Tidak ada satu sampah yang tertinggal karena lebetulan di Tegal Alun belum ada jasa tukang sapu, hehehe.

Satu jam sebelum matahari tepat di atas kepala, kami mengucapkan selamat tinggal kepada Tegal Alun dan an bersiap menuruni gunung berjarak ratusan mdpl. Sepatu bertemu kembali dengan jalur beraneka rupa ala Gn. Papandayan. Dan nampaknya alas sepatu saya sudah mulai terbuka. Jalur yang kami lalui tidak terlalu jauh berbeda. Hanya ada beberapa jalur cepat dan nyaman yang kami pilih dari sebelumnya. Tali-tali rafia yang terikat di pohon mulai memulihkan ingatan kami untuk pulang ke Camp David.

Tak lupa juga kami sekali lagi mengabadikan momen-momen indah di setiap jejak yang sudah kami lalui di Gn. Papandayan. Mulai dari Pondok Saladah, Hutan Mati, bukit, sungai, dan kawah. Terimakasih kepada Tuhan karena telah memberikan cuaca yang begitu cerah selama kami melalukan pendakian ke Papandayan. Selain itu, keberanian untuk kami berkemah di Tegal Alun. Meskipun kami tidak sampai puncak, saya sudah merasa puas bisa menikmati indahnya Tegal Alun. Bukan karena cepat merasa puas tapi karena resiko yang cukup besar untuk bisa summit tanpa ada petunjuk yang jelas. Berkenalan dengan teman-teman baru menjadi salah satu hal yang sukai ketika mendaki gunung. Nampaknya kali ini, Gn. Papandayan berhasil meluluhkan hati saya dengan harta terpendamnya.

Sampai Jumpa Tegal Alun








Biaya Angkutan Menuju Kp. Rambutan - Camp David:
-Bis Kp. Rambutan/Pasar Rebo - Garut Rp 33.000,-
-Carter Angkot Terminal Garut-Desa Cisurupan Rp 110.000,- (7 orang)
-Desa Cisurupan- Camp David Rp 10.000,-
-Retribusi Camp David Rp 3.000,-

Tidak ada komentar: