"Journey, it's not about where you go, where you stay, but how you enjoy it with or without friends. Be grateful" - Mine

Kamis, 08 Maret 2012

Maluku: 'Boke'?

Istilah 'Boke' ternyata bukan hanya digunakan oleh orang-orang Jakarta tetapi juga orang-orang Maluku. Tapi tahukah kamu apa arti Boke di Maluku? Yang jelas artinya sangat-sangat jauh berbeda dari pengertian 'ngga punya uang' atau 'kanker' (kantong kering). Boke yang satu ini lebih bernyawa dan masuk ke dalam hitungan makhluk hidup. Bagi orang Manado dan Maluku, Boke dapat berarti panggilan untuk Babi.

Alasan mengapa binatang ini dipanggil dengan Boke adalah tidak beralasan. Mungkin karena bunyi suara Babi seperti 'Bok.. Bok.. Bok..'. Menurut penglihatan saya, paman saya yang memelihara kurang lebih 15 Boke di rumahnya, panggilan 'Bok.. Bok.. Bok..' Dipakai untuk memanggil Boke ketika waktu makan tiba. Boke-boke berkumpul satu per satu mengerubungi makanan, seperti ampas kelapa atau kasbi (singkong). Biasanya mereka diberi makan sebanyak 2x dengan jatah makan 2 wajan besar atau ember.

Saya hanya bisa terkejut ketika sesi makan itu dimulai. Boke berkerumun mulai dari yang kecil hingga besar. Paman saya bercerita dahulu dia memiliki Boke dengan berat 100 Kg. Jenis ini termasuk dalam sesepuh-sesepuhnya Boke. Tidak bisa dibayangkan sebesar dan segendut apa lemaknya.

Tujuan paman memelihara Boke tentu saja untuk dijual jika Boke tersebut dalam keadaan baik. Karena Boke bisa saja dilukai oleh orang-orang sekitar sehingga terluka dan kemungkinan tidak bisa dijual. Harga jual Boke sendiri sebesar 20rb per Kg. Jadi bisa dibayangkan berapa uang yang bisa didapatkan jika Boke dengan berat 100 Kg.hehehe


Paman (Orang Gira), Boke-boke sedang makan



Maluku: Seputar Kota Tobelo

Mungkin banyak yang masih penasaran, Maluku itu sebenarnya kaya apa sih? Orangnya hitam-hitam semuakah? Rambutnya keriting-keriting semuakah? Profesinya nelayan semuakah? Banyak yang bisa saya ceritakan tentang daerah darimana keluarga saya berasal sesungguhnya. Maklum orangtua saya adalah anak-anak perantauan yang semasih muda memadu kasih dan akhirnya berkeluarga di Jakarta.

Yang jelas orang Maluku itu tidak semuanya hitam, tidak semuanya keriting, dan tidak semuanya nelayan. Pendatang khususnya masyarakat Tionghoa yang merantau dari Cina ke Maluku banyak memberikan pengaruh besar untuk perubahan garis keturunan orang Maluku. Masyarakat Maluku yang berkulit putih biasanya masih memiliki garis keturunan Cina. Kota Tobelo sendiri cukup banyak memiliki masyarakat berketurunan Cina.  Maka dari itu, jika berkunjung ke kota ini kita akan terbiasa melihat orang-orang Maluku berkulit putih dan berbahasa Maluku sehari-hari. Rambut keriting juga hanya menjadi stereotip dari orang Maluku. Apalagi ditambah dengan kecanggihan rebonding yang banyak mempengaruhi penampilan rambut nona-nona di kota ini.

Profesi masyarakat Tionghoa juga mempengaruhi jenis pekerjaan orang Maluku pada umumunya. Tidak hanya menangkap ikan, tetapi bisnis perdagangan dan perkebunan cukup berkembang pesawat di Maluku. Perdagangan meliputi elektronik, sumber daya laut, dan perkebunan. Perdagangan elektronik yang mempunyai konsumen paling beragam. Keterbatasan peralatan elektronik di Maluku membuat kebutuhan akan barang-barang elektronik cukup besar di Maluku. Umumnya, barang-barang elektronik diambil dari Manado, Surabaya atau Jakarta. Sedangkan, untuk sumber daya laut, sistem keramba dipakai untuk budidaya ikan-ikan hias dan konsumsi seperti ikan-ikan Kerapu. Biasanya ikan dibudidayakan selama beberapa bulan kemudian dikirim dan dijual ke Jakarta. 


Untuk sumber daya perkebunan, Kelapa Sawit atau kopra (batok kelapa dibakar diambil minyaknya) diproses untuk menghasilkan minyak kelapa sawit. Luasnya tanah-tanah perkebunan tidak hanya digunakan untuk menanam kelapa sawit tetapi juga padi serta beberapa makanan pokok pengganti beras, seperti pisang, ubi, dan kasbi (singkong). Buah-buahan seperti rambutan, durian, langsat (duku), dan cempedak adalah buah-buah yang cocok tumbuh di tanah Tobelo. Dengan demikian, perkebunan juga menjadi salah satu penyokong kehidupan masyarakat Tobelo.

Melihat aktivitas masyarakat Tobelo yang disibukan dengan berdagang dan berkebun, tidak heran jika mereka pun sangat membutuhkan alat-alat transportasi untuk mendistribusikan produk-produk dagang atau hasil kebunnya. Bisa dibayangkan bahwa Tobelo bukan sebuah kota 'pedalaman' di Maluku karena transportasi dan teknologi untuk membantu masyarakat sudah masuk ke daerah ini. Hanya saja untuk kebutuhan akan internet masih sangat terbatas dikarenakan biaya mahal dan sinyal lambat untuk mengakses internet. Apa yang ada di pikiran anda jika biaya untuk mengaskses internet per jam-nya Rp 10.000,00?

Rabu, 07 Maret 2012

Maluku: Rute Jakarta-Manado-Kao

Untuk ketiga kalinya saya kembali ke kampung halaman saya di Tobelo, Halmahera Utara. Daerah ini tidak bisa disebut kampung karena sudah menjadi kota yang hiruk pikuk dengan perdagangan. Kata 'kampung' sebenarnya punya arti 2, yaitu kampung halaman yaitu 'daerah asal' dan arti lainnya sering disamakan dengan 'pedalaman'. Nah, Tobelo ini adalah daerah asal ayah saya yang berada di utara Maluku atau Halmahera. 

Banyak teman-teman yang berpikir Maluku itu Ambon. Padahal kalau kita bisa liat di peta, Maluku itu cukup luas yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu utara, tengah, tenggara, dan selatan. Nah, kalau Ambon itu adanya di Selatan Maluku. Maka dari itu, kalau saya bilang saya orang Maluku dan teman-teman bilang saya orang Ambon, itu salah. Karena Maluku itu luas tidak hanya Ambon. Bahkan ada yang tidak tau Maluku itu dimana. 

Pernah ada yang nanya Maluku itu masuk ke Pulau apa ya? Kalimantan apa Sulawesi atau Papua? Maluku itu Pulau sama seperti Sumatera hanya saja ukurannya kecil seperti Pulau Bali. Bedanya dengan Bali, perjalanan ke Maluku jauh lebih mahal dari Jakarta. Bisa dengan kapal laut minimal 5 hari. Dan pesawat 2 kali transit kemudian jalur darat. Berikut penjelasan rute perjalanan yang kemarin saya tempuh Jakarta-Manado-Kao.

Pesawat Batavia penerbangan Jakarta-Manado hari Kamis pukul 06.00 WIB tiket berkisar Rp 665.000. Mungkin ini menjadi harga paling murah. Harga standar 700-900rb. Dan paling mahal menjari 1jt keatas. Selama 3 jam bercengkerama, pesawat mendarat di Bandara Sam Ratulangi. Waktu berubah 1 jam lebih cepat dari waktu Jakarta. Kira-kira pukul 10.00 WITA. Untuk melanjutkan penerbangan ke Kao (bandara terdekat dari Tobelo), saya harus menunggu hari esok karena menurut informasi penerbangan hanya ada setiap senin dan jumat. Saya akhirnya menginap di hotel terdekat dari bandara yaitu Grand Novotel. Hotel yang cukup bagus dengan biaya inap 800rb/malam (double bed). 

Jumat 05.00 WITA check out dari hotel menuju bandara. Pesawat Wings Air dengan jumlah penumpang 30 org membawa terbang saya menuju Kao selama 1 jam. Harga tiket Rp 600.000 Penerbangan pukul 07.00-08.00 WITA. Harga tiket paling murah 500rb dan termahal 900rb. Sampai di bandara Kao, saya pun masih harus menempuh perjalanan darat kurang lebih satu setengah jam menuju kota Tobelo. Demikian rute perjalanan menuju kota kelahiran ayah saya. Maka dari itu butuh waktu yang banyak untuk berlibur ke daerah timur Indonesia karena proses tempuh yang cukup lama dan biaya mahal juga harus dibayar seimbang dengan waktu berlibur nantinya.

Majalah Airlines : Penyelamat Mati Gaya di Pesawat

Selama penerbangan, kecenderungan mati gaya (ngga tau mau ngapain lagi) bisa terjadi apalagi ketika perjalanan berjam-jam, mata sudah bosan tidur dan tidak ada yang bisa dikunyah. Biasanya yang saya lakukan membaca bacaan favorit saya selama di pesawat, yaitu majalah airlines yang saya tumpangi.

Liputan dan berita di majalah airlines merupakan salah satu contoh kegiatan promosi pariwisata. Namun majalah ini  memang media yang bersifat eksklusif melihat tempat membaca yang hanya bisa dilakukan di pesawat  dan pembacanya hanya penumpang dari pesawat tersebut. Majalah ini pun tidak diperjualbelikan.

Kebetulan cover dari majalah yang saya akan baca kali ini sudah tidak asing lagi di mata kita. Raja Ampat.. Raja Ampat dan Raja Ampat. Lama-lama bosan juga melihat angle foto Raja Ampat yang selalu di ambil landscape dari atas. Hal ini membuat foto Raja Ampat baik di majalah maupun internet kadang terlihat sama saja. Mungkin karena Raja Ampat mempunyai ciri khas pulau-pulau dan bukit batu yang terpisah-pisah sehingga menurut banyak fotografer view landscape dari atas adalah yang terindah. Karena saya juga belum pernah ke Raja Ampat jadi saya hanya bisa berkomentar saja tanpa melihat secara langsung.

Tulisan-tulisan di dalam majalah tidak jauh meliput pulau dan kota-kota pariwisata di Indonesia seperti, Belitung, Ternate, Lombok, dan sebagainya. Dan beberapa tempat ini sudah pernah saya kunjungi sebelumnya.

Belitung memang memiliki ciri khas pantai tersendiri. Batu-batu granit besar dan kecil tersebar di pantai-pantainya. Tahun lalu saya sempat mengunjungi dua pantai indah di Belitung, yaitu Tanjung Klayang dan Tanjung Tinggi. Pemandangan eksotis batu granit, pantai, dan langit di siang menjelang sore hari memang indah di kedua tanjung ini. Dan tentunya pemandangan seperti ini hanya bisa kita dapatkan di kota Belitung.

Pindah ke Indonesia bagian timur menuju kota Ternate. Sebenarnya saya sudah pernah sampai di kota ini hanya saja belum pernah mengunjungi Jailolo, tempat dimana akan diadakannya Sail Jailolo Mei 2012. Seperti Sail Belitung, salah satu cara pemerintah mempromosikan pariwisata di Jailolo ini juga dengan program Sail. Kegiatan sail biasanya meliputi promosi kebudayaan daerah seperti tari-tarian, makanan khas, dan sekaligus mempromosikan keindahan bawah laut yang dimiliki daerah tersebut. Orang Timur memang terkenal dengan penghasil ikan terbanyak di Indonesia. Karena banyak masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dan bermata pencaharian sebagai nelayan. Kegiatan Sail Jailolo nantinya juga akan melibatkan masyarakat sekitar untuk mengikuti lomba makan ikan hasil tangkapan sebanyak-banyaknya. Pasti lomba ini akan menyita banyak fotografer dan kameramen dari berbagai media untuk meliput kegiatan Sail ini.

Nusa Tenggara Barat juga akan merayakan Festival Bau Nyale tahunan. Singkat cerita, festival ini akan memperlihatkan cacing-cacing atau disebut nyale yang keluar dari pasir di sekitar pantai. Nantinya nyale akan di masak dan di makan oleh warga. Mungkin untuk informasi lebih mengenai festival ini bisa dibaca http://indonesia.travel/en/event/detail/425/bau-nyale-festival-2012-the-arrival-of-the-sea-worms-in-lombok