“Tak ada jarak di anatara kita”. Ungkapan ini mungkin cocok untuk menggambarkan seberapa terbukanya tiap individu-individu orang Bajo. Mereka adalah masyarakat dengan keterbukaan dan solidaritas tinggi antar sesama penduduk. Hal ini dapat dilihat dalam cara mereka berkomunikasi dan bersikap di kehidupan sehari-hari.
 |
sumber : internet |
Orang Bajo terbiasa untuk berkomunikasi tanpa melihat langsung lawan bicaranya. Mereka dapat berada di jarak yang tidak saling berdekatan. Misalnya, seseorang dapat berada di bawah rumahnya jika ia berperahu, atau rumahnya di sebelah lain “jalan”, atau bahkan lebih jauh lagi, di sebelah lain desa (lereng yang berlawanan). Zacot menceritakan bahwa seorang Bajo mengajak ia berbicara dengan jarak 20 meter dari hadapannya. Lalu bagaimana mereka dapat berkomunikasi? Mudah saja, orang Bajo memang sudah dilatih sejak kecil untuk berkomunikasi dengan suara keras dan lantang. Budaya mengeluarkan suara keras dan teriakan sama pentingnya dengan pelajaran berjalan, mendayung dan menangkap ikan bagi anak-anak Bajo. Mungkin lingkungan mereka akan terlihat seperti pasar, bukan hanya karena lalu-lalang aktivitas penduduk tetapi juga teriakan-teriakan perbincangan jarak jauh yang semakin meramaikan suasana. Bagaimana ya jika suatu hari mereka semuanya harus dipindahkan ke daratan dengan pemukiman yang berdekat-dekatan. Nampaknya cukup seru untuk melihat mereka berbincang dengan suara keras walau jarak terasa begitu dekat.
Kebiasaan berkomunikasi lainnya adalah kebiasaan orang Bajo mengomentari setiap pembicaraan. Tidak ada pembicaraan yang tidak dikomentari dan dibahas antar orang Bajo. Tidak ada yang tertutup antar satu individu dengan individu lainnya. Setiap hal harus dikomentari di depan umum bahkan dengan suara keras. Orang Bajo juga suka menyelidiki urusan orang lain, mencari tahu, bertanya-tanya tentang segala sesuatu yang bersangkutan dengan orang lain. Ini merupakan hak setiap orang. Masing-masing mereka bahkan tidak mengggu seseorang untuk bertanya tentang dirinya, melainkan menceritakan langsung tentang keadaan mereka ke orang lain. Bias dibayangkan bagaimana terbukanya tiap individu orang Bajo akan kehidupan pribadi dan keluarga mereka. Apakah mungkin tidak akan pernah ada istialh ‘aib’ di antara orang-orang Bajo ini?
Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, orang Bajo melakukan barter sesuai kebutuhan yang diperlukan. Proses barter biasanya dilakukan dengan cara mengirimkan seorang anak perempuan ke rumah tetanggga (lawan barter) untuk meminta ikan, air atau jeruk, dll. Pada kesempatan itu orang yang ditujunya berhak untuk meminta rempah-rempah atau sesuatu yang kebetulan sedang dibutuhkan dan tak dipunyainya saat itu. Apabila ia tidak memiliki barang yang diminta, ia akan berjanji untuk memberikan barang tersebut di kesempatan lain. Dengan begitu pengunjung tidak akan mengurangi persediaan tuan rumah.